Diagnosis Penyakit Konstipasi - ILMU KESEHATAN

Rabu, 27 September 2017

Diagnosis Penyakit Konstipasi

Definisi umum konstipasi adalah defekasi yang tidak lebih sering dari tiga hari sekali. Akan tetapi, beberapa orang percaya bahwa defekasi setiap hari adalah normal dan penting untuk mempertahankan kesehatan dan bagi mereka, dan pola defekasi yang lain menunjukkan konstipasi. Penyebab konstipasi adalah kurang serat dalam diet dan kurangnya asupan cairan.
Penyebab Penyakit Konstipasi
Adapun hal yang mungkin menyebabkan seseorang terkena penyakit konstipasi yaitu:
  1. Kehamilan dan persalinan
Konstipasi termasuk masalah yang sering dikeluhkan ibu hamil. Biasanya kondisi ini masih akan terus berlanjut pasca persalinan. Gangguan BAB ini terjadi karena melemahnya otot-otot perut atau efek samping dari obat pereda nyeri.
  1. Terlalu banyak daging
Pola makan yang rendah serat dan tinggi lemak seperti daging, telur atau keju bisa membuat proses pencernaan menjadi lebih lambat. Karena itu penuhi pula kebutuhan tubuh akan serat dengan mengonsumsi cukup sayuran dan buah.
  1. Vitamin
Vitamin secara umum tidak akan menyebabkan konstipasi, tetapi beberapa jenis komponen seperti kalsium dan zat besi bisa jadi pemicu.
  1. Pereda nyeri dan antidepresan
Penelitian menunjukkan, orang yang sering mengalami sembelit kebanyakan adalah pengguna obat pereda nyeri dalam jangka panjang. Konstipasi juga terkait dengan antidepresan golongan serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
  1. Hipotiroid
Hipotiroid atau tidak aktifnya kelenjar tiroid akan memperlambat proses metabolik tubuh dan usus. Tidak semua penderita hipotiroid akan mengalami konstipasi namun biasanya dokter akan meminta pasien konstipasi kronik untuk mengecek kadar tiroidnya.
Gejala Penyakit Konstipasi
Beberapa gejala penyakit konstipasi yaitu:
  1. Mual
Rasa mual ini bisa dialami oleh siapa saja, bagi yang akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini.
  1. Muntah
muntah ini, bisa dialami oleh siapa saja, bagi yang akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini.
  1. Bada terasa lemas
Lemas badan ini bisa dialami oleh siapa saja, yang akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini.
  1. Mehilangnya nafsu makan
Hilangnya nafsu makan ini, bisa dialami oleh siapa saja, jika akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini.
Diagnosis Penyakit Konstipasi
Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala, gaya hidup, serta rutinitas Anda. Riwayat kesehatan Anda juga akan menjadi faktor yang dapat membantu proses diagnosis oleh dokter.
Diagnosis Penyakit Konstipasi
Diagnosis Penyakit Konstipasi
Sejumlah kondisi yang menjadi pertimbangan dokter saat melakukan diagnosis meliputi apakah Anda perlu mengejan lebih lama tiap buang air besar, frekuensi buang air besar yang kurang dari tiga kali seminggu, dan tekstur tinja yang sering kali keras atau berbentuk butiran.
Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan apabila Anda mengalami impaksi feses atau penumpukan tinja yang kering dan keras di rektum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui anus atau dengan meraba perut (khususnya pada pasien anak-anak).
Tetapi jika Anda mengalami gejala konstipasi yang parah atau tidak kunjung sembuh meski sudah menjalani penanganan, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lain untuk mendiagnosis atau menghapus kemungkinan adanya penyakit lain. Di antaranya:
- Rontgen perut.
- Pemeriksaan manometri anorektal. Proses ini menunjukkan tingkat kinerja otot dan saraf di sekitar rektum.
- Kolonoskopi.
- CT scan.
- Tes darah guna memeriksa kadar hormon dalam tubuh, terutama hormon tiroid.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda