ILMU KESEHATAN: DIARE
Tampilkan postingan dengan label DIARE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DIARE. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 September 2017

Jenis Penyakit Diare Apa Saja?

Penyakit diare dapat terjadi disebabkan oleh adanya infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan parasit) berbahaya di dalam saluran pencernaan.
Namun, penyakit diare juga dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa hal lainnya, seperti gangguan pencernaan (mal absorbsi), alergi, keracunan, gangguan sistem imun, dan lain-lain. Penderita penyakit diare umumnya ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar, yang disertai dengan perubahan bentuk konsistensi tinja yang dikeluarkan.
Jenis Penyakit Diare Apa Saja?
Pada dasarnya, ada beberapa jenis diare. Penyebab jenis diare satu dengan yang lainnya pun berbeda-beda. Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis diare berdasarkan penyebabnya:
  1. Diare Sekretorik
Diare sekretorik terjadi saat usus kecil dan usus besar mengeluarkan senyawa garam (terutama natrium klorida) dan air ke dalam feses.
Sekresi garam dan air yang berlebihan ini dapat disebabkan oleh pelbagai faktor, seperti adanya senyawa toksin, minyak kastor, atau asam empedu di dalam usus. Selain itu, diare sekretorik juga dapat disebabkan oleh adanya tumor tertentu, misalnya karsinoid, gastrinoma, dan vipoma.
  1. Sindroma Malabsorbsi
Sindroma malabsorbsi merupakan gangguan penyerapan sari-sari makanan di dalam usus halus. Penderita gangguan ini biasanya tidak dapat mencerna makanan secara normal. Pada saat terjadi sindroma malabsorbsi secara menyeluruh, lemak dan karbohidrat tidak dapat diserap dengan baik.
Lemak yang tertinggal di dalam usus besar dapat mengakibatkan diare sekretorik, sedangkan karbohidrat yang tertinggal dalam usus besar dapat mengakibatkan diare osmotik.
Terjadinya sindroma malabsorbsi dapat dipicu oleh pelbagai faktor. Misalnya, sariawan nontropikal, insufisiensi pankreas, pengangkatan sebagian usus, berkurangnya aliran darah ke usus, penurunan produksi enzim tertentu di dalam usus halus, dan adanya penyakit pada hati.
  1. Diare Eksudatif
Diare eksudatif merupakan diare yang disebabkan oleh terjadinya peradangan atau terbentuknya borok pada usus besar. Peradangan atau borok ini dapat memicu pelepasan protein, darah, lendir, dan cairan lainnya yang dapat meningkatkan kandungan serat dalam feses dan membuat feses menjadi encer.
Diare eksudatif biasanya dipicu oleh jenis penyakit lain, seperti TBC, limfoma, kanker, penyakit Chorn, dan kolitis ulserativa.
  1. Diare Karena Perubahan Bagian Usus
Pada keadaan normal, feses biasanya memiliki kandungan air 60-90%. Untuk dapat mencapai keadaan tersebut, feses harus berada di dalam usus besar selama beberapa waktu tertentu. Apabila terlalu cepat atau terlalu lama di dalam usus besar maka feses menjadi tidak normal.
Jika terlalu cepat meninggalkan usus besar, feses menjadi sangat encer. Sebaliknya, feses akan menjadi sangat keras dan kering jika terlalu lama berada di dalam usus besar.
Perubahan bagian (pasase) usus mengakibatkan feses terlalu cepat meninggalkan usus besar, sehingga feses menjadi sangat encer. Beberapa hal yang dapat mempersingkat keberadaan feses di dalam usus besar antara lain hipertiroid, pengangkatan sebagian usus halus atau usus besar, pembedahan perut, pengobatan borok dengan memotong saraf vagus, dan konsumsi obat-obatan pencahar.
  1. Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan oleh bahan-bahan osmotik, yaitu bahan-bahan makanan tertentu yang tidak dapat diangkut oleh darah dan tertinggal di dalam usus. Beberapa contoh bahan osmotik adalah heksitol, sorbitol, dan manitol.
Penyebab lain diare osmotik adalah kekurangan enzim laktase. Enzim laktase adalah enzim yang diproduksi di dalam usus halus. Enzim ini berfungsi mengubah laktosa (gula usus) menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat diserap oleh darah.
Apabila orang yang kekurangan enzim laktase mengonsumsi susu atau produk olahan susu maka laktosa akan menumpuk di dalam usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya diare osmotik.
Berat ringannya diare yang dialami oleh penderita diare osmotik dipengaruhi oleh jumlah bahan osmotik yang dikonsumsi dan masuk ke usus. Pada umumnya, diare osmotik akan berhenti saat penderita berhenti mengonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan osmotik.

Beberapa cara penggulangan diare antara lain:
- Mencoba makan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan jangan makan atau minum terlalu cepat.
- Cairan intravenous. Kadangkala, terutama pada anak-anak, dehidrasi dapat mengancam jiwa dan cairan intravenous mungkin dibutuhkan.
- Terapi rehidrasi oral. Meminum solusi gula/garam, yang dapat diserap oleh tubuh.
- Menjaga kebersihan dan isolasi. Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam membatasi penyebaran penyakit.
- Jaga hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang langka dapat berakibat fatal (keracunan air).

Penanganan Penyakit Diare

Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang mematikan. Sebagaimana yang dilansir wikipedia, dalam negara berkembang penyakit diare merupakan penyebab kematian balita secara umum, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun.
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar secara terus menerus dan tinja yang masih memiliki kandungan air berlebihan.

Penyebab Penyakit Diare
Penyakit diare disebabkan oleh:
- Pemanis buatan yang terdapat dalam makanan.
- Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
- Karena infeksi parasit, bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain juga bisa menyebabkan diare.
Bakteri dan virus yang masuk ke dalam usus lewat salah satu caranya adalah makanan yang kita makan, bisa mengganggu dalam proses pencernaan makananan.
Usus tidak bisa menyerap dengan sempurna di usus halus, makanan yang tidak sempurna dicerna tersebut akan langsung masuk ke usus besar, ini menyebabkan usus besar mengeluarkan banyak cairan dan juga elektrolit. Dan hal inilah yang kemudian menjadi penyakit diare.
Pada tubuh penderita diare yang banyak mengeluarkan cairan dan elektrolit secara berlebihan, bisa membahayakan penderita karena dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh.
Pada bayi yang tidak menyusu ASI, kemungkinan terserang diare terjadi karena kekurangan gizi dan tidak tahan terhadap laktosa.
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar secara terus menerus dan tinja yang masih memiliki kandungan air berlebihan.
Laktosa yang terkandung di dalam susu sapi bisa menjadi penyebab diare pada bayi, karena sebagian besar bayi hanya sedikit mempunyai enzim laktose, yaitu enzim yang berfungsi untuk mencerna laktosa yang terdapat di dalam susu sapi. Sedangkan pada bayi yang mendapatkan susu ASI, akan terpenuhi kecukupan enzim laktose.
Waspadai gejala diare, dengan mengetahui sejak awal kita bisa memberikan penanganan dini untuk diare pada bayi.

Gejala Penyakit Diare
Gejala dari penyakit diare adalah:
- Muntah.
- Badan lemah dan lesu.
- Terdapat lendir bahkan darah pada kotoran.
- Panas.
- Tidak nafsu makan.
Penanganan Penyakit Diare
Berikut ini adalah penanganan yang dapat dilakukan untuk penyakit diare:
  1. Bawa segera ke dokter
Bila keadaan tidak berangsur pulih dalam tiga hari meski telah diberikan oralit, lekaslah bawa ke dokter. Jangan tunggu penderita diare kehilangan cairan tubuh yang lebih banyak.
  1. Minum suplemen Zinc
Zinc juga berperan dalam mengatasi diare pada bayi dan anak-anak. Konsumsi zinc pada pasien diare dapat menurunkan jumlah ekskresi feses sampai 31%. Tidak hanya itu, frekuensi BAB juga berkurang sampai 40% dengan pemberian suplemen zinc.
Efektifitas zinc dalam mengatasi diare tidak dipengaruhi oleh umur pasien serta jenis zinc yang diberikan (tipe garam zinc: zinc sulfat, zinc acetate, atau zinc gluconate). Pemberian larutan oralit dan pemberian sirup zinc secara terpisah telah terbukti lebih baik dalam mengatasi diare dibandingkan dengan pemberian larutan oralit saja.
  1. Hindari makanan pokok yang padat dan berpenyedap rasa
Jangan paksakan penderita diare mengonsumsi nasi dengan lauk pauk seperti dalam keadaan sehat. Alangkah baiknya jika penderita diberi nasi dan lauk pauk yang ditim. Anda bisa mencampur bubur nasi dengan potongan wortel dan suwiran ayam. Ingat, hindari penggunaan penyedap rasa! Bila ingin menciptakan rasa gurih, cukup tambahkan garam secukupnya pada makanan si penderita diare.
  1. Memberikan oralit
Untuk mencegah dehidrasi segera berikan oralit pada penderita. Oralit kini sangat mudah didapatkan di toko-toko obat. Berikan pada penderita diare sesuai petunjuk yang tertera dalam kemasan. Sementara untuk menghentikan diare, minum obat yang mengandung karbo adsorben (Norit), Kaolin, Attapulgit.
  1. Berikan jambu biji atau salak
Konsumsi buah tetap penting dalam keadaan sakit. Untuk penderita diare usahakan tidak mengonsumsi papaya dan jeruk. Lebih baik bila diberikan jambu klutuk atau bisa pula buah salak untuk membantu memadatkan fesesnya yang encer. Anda juga bisa meminumkan sari daun jambu biji sebagai obat diare.
Caranya, ambil 20 lembar daun jambu biji, cuci bersih , lalu rebus menggunakan takaran lima gelas air berukuran sedang. Biarkan hingga mendidih dan menyisakan tiga gelas saja. Saring air rebusan dan minumkan pada si penderita diare dalam keadaan hangat-hangat kuku.
  1. Hindari susu
Tidak dianjurkan memberikan susu (khususnya susu formula) pada saat seseorang terkena diare (kecuali ASI). Dikhawatirkan kandungan laktosa susu akan memperparah kondisi diare si penderita.
  1. Berikan minum air putih lebih sering
Agar tidak terjadi dehidrasi, berikan minum lebih sering dari biasanya. Tak perlu banyak untuk sekali minum karena akan menimbulkan rasa eneg. Sebaiknya minum sedikit demi sedikit air putih dalam jumlah kecil namun dengan intensitas yang lebih sering.

Penyakit Diare Gejalanya Apa Saja?

Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare.
Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan penyakit diare. Penyakit Diare merupakan masalah global yang menjadi penyebab kematian pada anak nomor dua setelah pneumonia.
Penyakit Diare Gejalanya Apa Saja?
Berdasarkan data, hampir sembilan juta anak usia di bawah lima tahun meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Kebanyakan orang yang meninggal akibat diare disebabkan oleh dehidrasi berat dan kehilangan cairan. Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki gangguan kekebalan serta orang-orang dengan HIV adalah yang paling berisiko terhadap komplikasi kematian.

Gejala Penyakit Diare
Pada prinsipnya diare terjadi akibat gangguan sistem percernaan. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan penyerapan, gangguan pengeluaran enzim usus, ataupun gangguan gerakan usus yang disebabkan oleh bakteri ataupun nonbakteri.
Sehingga mengakibatkan perubahan jumlah ataupun konsentrasi sisa makanan yang akan dibuang. Dengan demikian, gejala yang akan ditemui sebagian besar adalah gejala dari sistem pencernaan.
Gejala diare meliputi:
  • Peningkatan frekuensi buang air besar
  • Peningkatan jumlah tinja per buang air besar
  • Mual, muntah
  • Pengenceran konsistensi tinja
  • Bila penyebabnya adalah infeksi dapat disertai demam
  • Rasa melilit di perut
  • Kembung, sering buang gas dan bersendawa
  • Pada bayi dapat dijumpai kemerahan pada kulit sekitar bokong
  • Bila terjadi dehidrasi penderita akan lemas, ujung jari teraba dingin, hingga penurunan kesadaran.
Pengobatan Penyakit Diare
Jika parah, diare bisa berujung kepada dehidrasi. Dehidrasi memiliki konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderita, terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap dehidrasi jauh lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
Maka dari itu, orang tua disarankan untuk mewaspadai tanda-tanda dehidrasi pada anak. Penderita juga disarankan untuk meminum banyak cairan selama diare masih berlangsung.
Oralit bisa diminum untuk menghindari dehidrasi, tetapi konsultasikan pemakaiannya terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker, terutama jika Anda menderita penyakit tertentu, seperti penyakit jantung.
Obat antidiare biasanya tidak terlalu dibutuhkan, kecuali bagi mereka yang memiliki aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak jauh. Salah satu obat antidiare yang efektif dan cepat dalam menghentikan diare adalah loperamide. Meski begitu, loperamide tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
Sebagian besar penderita diare sembuh setelah beberapa hari tanpa melakukan pengobatan. Pada orang-orang dewasa, diare biasanya sembuh setelah 2-4 hari. Sedangkan pada anak-anak, diare biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 5-7 hari.
Jika anak Anda mengalami diare yang parah, berkelanjutan, atau jika dia mulai menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera periksakan anak Anda ke dokter. Diare sebanyak enam kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam pada anak juga sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
Begitu juga dengan diare yang membuat kondisi tubuh Anda menurun drastis harus dikonsultasikan kepada dokter, terlebih jika ada darah atau nanah pada tinja Anda. Pemeriksaan tinja di laboratorium mungkin diperlukan sebagai bagian dari penelitian lebih jauh.
Diare yang berlangsung lebih dari beberapa minggu pada orang dewasa bisa diakibatkan oleh sindrom iritasi usus, kanker usus, atau penyakit Crohn.

Fakta Penyakit Diare

Seperti telah kita ketahui bersama orang normalnya buang air besar sebanyak satu atau dua kali sehari, sedangkan pada penyakit diare ini, buang air besar lebih sering yaitu lebih dari tiga kali sehari. Namun pada anak bayi frekuensi BAB normal bisa lebih sering dari dewasa, maka jangan langsung mengira bayi diare walaupun buang air besarnya lebih dari tiga kali.
Pengertian atau Definisi Diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (normalnya). Sehingga orang yang mengalami diare akan lebih sering ke toilet untuk buang air besar dengan volume feses yang lebih banyak dari biasanya. Diare dikenal juga dengan istilah mencet.
Fakta Penyakit Diare
Penyakit Diare biasanya berlangsung beberapa hari dan sering sembuh atau hilang tanpa pengobatan. Akan tetapi adapula penyakit diare yang berlangsung selama berminggu-minggu atau lebih.
Atas dasar itulah penyakit diare digolongkan menjadi diare akut dan kronis. Diare Akut adalah diare yang berlangsung kurang dari dua minggu. Sedangkan Diare Kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu.
Diare sering dikaitkan dengan infeksi gastrointestinal (saluran cerna), yang dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, virus dan parasit.
Mikrorganisme tersebut menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, atau bisa juga dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk, misalnya tidak cuci tangan sebelum memegang makanan atau makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu.
Fakta Penyakit Diare
  1. Diare bukanlah penyakit, tapi hanya gejala
Diare seringkali membuat tubuh kehilangan cairan yang dikaitkan dengan sejumlah komplikasi lain. Ketika seseorang diare maka akan mengalami peningkatan buang air besar dan sering disertai dengan gejala lain seperti muntah, demam, nyeri perut dan kehilangan nafsu makan.
  1. Terkadang diare terjadi tanpa infeksi
Secara umum diare memang banyak disebabkan oleh kuman, bakteri, virus dan parasit, tapi kadang seseorang bisa mengalami diare tanpa adanya infeksi. Misalnya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, alergi makanan, penyakit kronis, zat adiktif makanan, pola makan yang salah serta stres.
  1. Penyebaran diare bisa dikurangi jika rutin mencuci tangan
Sebagian besar kasus diare disebabkan oleh infeksi yang sebenarnya bisa dicegah jika menjaga kebersihan salah satunya melalui cuci tangan menggunakan sabun secara teratur. Jika sulit mendapatkan akses air, maka bisa menggunakan cairan tangan berbasis alkohol.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan tidak mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau tidak higienis, serta pastikan mencuci sayuran, merebus atau memasak makanan secara efektif untuk membunuh semua kuman.
  1. Diare bisa membuat volume urine berkurang
Orang yang diare akan menderita mencret dan berair, serta kadang disertai dengan berkurangnya buang air kecil. Selain volume urine yang berkurang, diare memicu rasa kembung, mual dan kram perut. Jika diare berlangsung lebih dari 48 jam atau mengalami demam hingga 38,5 derajat sebaiknya periksakan ke dokter karena bisa jadi tanda diare akut.
  1. Tujuan dasar pengobatan diare adalah mengembalikan pola buang air besar menjadi normal
Salah satu tujuan dasar dari orang yang kena diare adalah mengembalikan pola buang air besar menjadi normal, meski begitu seseorang juga perlu mencegah dehidrasi dengan tetap mengonsumsi cairan yang cukup baik dari air putih maupun sup.
Hal ini karena diare sangat mudah menyebabkan dehidrasi berlebihan yang merupakan salah satu gejala utama dari diare yang bisa memicu kerusakan ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit yang bisa memicu kondisi ekstrem.